Indonesia salah satunya, yang sampai saat ini masih menjadi negara dengan angka kasus yang tinggi, dibandingkan dengan negara-negara lain. Berbagai hal kemudian menjadi strategi pemerintah yang disebut untuk menurunkan angka kasus kematian akibat COVID.
Berbagai hal menjadi sebuah kebiasaan baru dalam gaya hidup masyarakat di dunia, diantaranya adalah :
1. Memakai masker,
2. Menjaga jarak,
3. Meminimalisir memdagangi tempat ramai,
4. Mencuci tangan dengan sabun,
5. Membawa handsanitizer saat bepergian,
6. Mencuci pakaian yang dipakai saat pergi walaupun baru dipakai sebentar,
7. Virtual meeting
Tapi hari ini, saya sedang tidak membahas 7 poin diatas.
Saya adalah satu diantara keluarga yang begitu terpukul kehilangan seseorang yang dinyatakan meninggal dengan positif COVID.
Berawal dari typus yang berjalan selama 10hari, disusul dengan DM yang mendadak diangka 500, dan Asma yang biasanya bisa dihandle dengan inhaler tapi tidak diwaktu itu. Hari itu dihari ke 13 sakitnya... Bunda seperti kehilangan semua tenaga untuk bertahan, dan kemudian janjinya pun ditepati, tanpa kurang atau lebih barang 1 detik pun. Bahkan sekedar menunggu sulungnya tiba, yang saat itu sudah di pintu masuk bangsal.
Saya adalah produksi dari didikan yang cukup disiplin, salah satunya adalah jika ada kerabat yang meninggal, Ayah Bunda cukup keras memberi perintah untuk hadir di Takziah. Alasannya, supaya ingat kematian, supaya menghibur keluarga yang ditinggalkan.
Didikan itu tertanam dalam diri saya, sampai pada hari itu, pertama kali keluarga inti kami pergi, saya merasakan seperti dunia runtuh, seperti kehilangan hasrat untuk melanjutkan hidup.
Dan pandemi menambah beban itu semakin berat, tidak ada yang ikut memandikan bahkan kami sekalipun, menyolatkan pun hanya kami sekeluarga, ditambah 2,-3 orang kerabat saja. Dipemakaman yang diwarnai hujan deras sejak pagi, Alhamdulillah masih ada beberapa tetangga dan saudara masih kami ingat sampai hari ini, kemudian kami kembali kerumah. Sepi.. hanya beberapa orang yang memberanikan diri tetap datang, tetap memeluk kami, menepuk pundak agar kuat. Lalu besoknya, hanya dilanjutkan takziah virtual.
Untungnya, ayah yang sudah 7tahun terakhr stroke, tetap sehat, segar, bugar.
Bunda adalah salah satu pasien yang dinyatakan positif COVID, pada gelombang I. Dimana masyarakat masih sangat sensitif. Positif COVID = dikucilkan. Positif COVID= didatangi tim satgas 1 mobil lengkap dengan APD untuk melakukan SWAB keseluruh anggota rumah, dan bersiap seluruh tetangga mulai menjauh.
Berbeda dengan kondisi COVID gelombang II, orang-orang sudah mulai percaya diri menyebutkan "sedang isoman", kemudian dengan baik hati keluarga, tetangga, teman mengirimkan makanan, vitamin, dll yang dirasa membantu proses penyembuhan.
Sejak hari itu, saya paham bahwa COVID tidak hanya menyerang sistem imun fisik, tapi sistem imun psikis, mental. Maka benar sudah, jika ada yanv mengatakan bahwa salah satu penangkal COVID adalah harus tetap BAHAGIA. Dengan bahagia, kamu akan bisa mencerna makanan dengan baik, mengkonsumsi multivitamin dengan baik, istirahat dengan cukup. Karena sampai hari ini, COVID belum ada obatnya. Sejauh ini, hanya isolasi minimal 14hari adalah jurus jitu yang disarankan Pelayanan Kesehatan.
Bersambung.....
Covid ini benar-benar meresahkan dan menyusahkan ya kak,ada juga beberapa kenalan yang terjangkit, dan katanya tersiksa banget.
BalasHapussemoga pandemi ini cepat kelar ya kak
Pandemi ini benar-benar menyusahkan ya kak, salah satu yang cukup terdampat juga itu dunia pariwisata, aku yang merupakan traveller aja sekarang, kudu tahan-than diri banget untuk keluar.
BalasHapusYg tabah y mbak, aku sudah merasakan kehilangan. Dan semoga covid segera selesai
BalasHapusAyok kita saling menguatkan...
HapusSemoga aja pandemi ini cepat berakhir, sungguh menyulitkan dengan semua keterbatasan
BalasHapusYang tabah ya mbak, aku udah merasakan kehilangan. Semoga pandemi segera berakhir
BalasHapusYang tabah ya Mbk, insyaAllah Bunda husnul khatimah. aamiin. Memang berat Mbk, kondisi psikis kita bnr2 diuji dalam kondisi ini. Semoga pandemi ini segera berlalu. aamiin. Semangat selalu Mbk.. 💕
BalasHapusMari kita saling menguatkan...
HapusSemua pasti ada hikmahnya. Rasa kehilangan ibunda sajalah kadang tetiba nangis sendiri hanya liat postingan orang tentang ibu
BalasHapusBahkan seperti ketauan, pas baca komen ini pun bisa bikin nangis....
HapusTerbayang olehku gimana sedihnya itu mbak. Hikss.. Tetangga ku juga ada gitu. Meninggal karena covid. Sepi yang takziah. Merasa kasihan banget dengan keluarganya, padahal mereka adalah orang yang rajin menjenguk orang lain. Baik itu musibah kematian, sakit, hingga undangan nikahan. Yang tabah ya mbak sekeluarga. Ditunggu next part dari ceritanya.. 🤗
BalasHapus